Jakarta –
Pemain Bhayangkara Presisi Indonesia Radja Nainggolan mengkritik polemik kartu merah dalam laga Liga 1 2023/24. Hal ini menjadi bahan pelajaran PT LIB.
Nainggolan dibuat bingung dengan kehadiran pemain yang dikartu merah bisa berada di bench pemain. Ada dua pemain yang diusir wasit saat laga Persebaya Surabaya menjamu Bhayangkara di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Minggu (4/2/2024), yakni Reva Adi dan Sani Rizki.
Lewat kritikannya di media sosial, Nainggolan heran dengan ketidaktegasan perangkat pertandingan yang tak mempermasalahkan Reva Adi duduk di bench setelah diusir wasit. Menurutnya hal ini tak pernah terjadi sepanjang kariernya.
Menanggapi hal ini, PT Liga Indonesia Baru (LIB) enggan menunjuk pihak yang bersalah atau lalai. Operator kompetisi memilih menjadikan situasi ini sebagai bahan pembelajaran.
“Kalau salah siapa secara spontan terjadi saat itu, saya juga tidak ada di tempat. Itu bagian dari protokol penyelenggara pertandingan, ketika ada pemain kartu merah apakah ke ruang ganti atau bagaimana. Hal-hal seperti itu sering luput juga,” kata Direktur Operasional PT LIB Asep Saputra kepada wartawan, Selasa (6/2).
“Ke LIB pun jawabannya bisa berbeda-beda. Itu sudah terjadi dan kami ambil pelajaran. Bisa jadi ada ketidaktahuan atau kesengajaan tapi harus dicek dulu. Kita bicara visi ke depan beberapa hal yang besar dan hangat di publik. Hal-hal seperti ini kalau tidak di-up sama Radja mungkin kita juga tidak ngeh,” ujarnya menambahkan.
“Jadi sekali lagi, Radja Nainggolan pernah tampil di semua level. Mungkin terlihat aneh buat dia dan bagi kami juga harus mensosialisasikan semua hal,” katanya lagi.
Diduga ada kesalahan perangkat pertandingan yang dianggap tak mengerti aturan. Bisa juga murni karena kelalaian tak bisa mendeteksi ada pemain yang diusir tapi kembali ke lapangan.
Jika hal ini terjadi karena adanya masalah kurang paham aturan, PT LIB janji evaluasi. Akan disosialisasikan lagi edukasi tentang segala teknis pertandingan.
“Hal seperti ini kalau teman-teman teliti, di aspek ini juga ada edukasi law of the game dan lain-lain. Melihat pola itu memang LIB dalam kapasitasnya ingin meng-encourage semua klub karena ini harus dicari tahu dulu jawabannya,” tutur Asep.
“Bisa jadi pemain tidak tahu atau wasitnya terlewat. Kita bukan bicara detail atau lalai, ini yang jadi PR besar kita juga. Nanti di club licensing ada kaitan tentang edukasi ini,” ucapnya.